PT LIPPO KARAWACI, TBK.
PT
Lippo Karawaci Tbk (yang pertama kali didirikan dengan nama PT Tunggal
Reksakencana) didirikan pada Oktober 1990 sebagai anak perusahaan Grup Lippo.
Pada bulan Januari 1993, Lippo Karawaci didirikan dengan visi untuk
mempengaruhi kehidupan melalui pembangunan kota mandiri yang berkelanjutan
dengan lingkungan hijau dan infrastruktur kelas fisik dan sosial. Pembangunan
pertamanya yaitu Lippo Village di Karawaci, Tangerang, yang terletak 30km
sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai mengembangkan
Lippo Cikarang, sebuah kota mandiri dengan kawasan industri ringan yang yang
terletak 40km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo Karawaci mengembangkan
kota mandiri Tanjung Bunga di Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 1997.
Melalui
penggabungan delapan perusahaan properti terkait pada tahun 2004, Lippo
Karawaci mengembangkan portofolio usahanya mencakup Properti (Lippo Village,
Lippo Cikarang, Tanjung Bunga, Royal Serpong Village, dan San Diego Hills
Memorial Park) , Pengembangan skala besar yang terintegrasi (City of Tomorrow,
Kemang Village, dan The St. Moritz Penthouses & Residences), Rumah Sakit
(Rumah Sakit Siloam, Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre, dan Semanggi
Specialist Clinic) , Pusat Perbelanjaan (Pejaten Village, Pluit Village, City
of Tomorrow Mall, PX Pavilion @The St. Moritz, WTC Matahari Serpong, Metropolis
Town Square, dan Malang Town Square), dan Hotel (Hotel Aryaduta).
Selama
lebih dari satu dekade, Perusahaan telah membuktikan dirinya sebagai pengembang
properti yang sangat terpercaya dengan nama merek yang paling dikenal dan
pemilik landbank terbesar diversifikasi dan proyek perintis di lokasi strategis
di seluruh Indonesia.
Lippo Karawaci sekarang menjadi perusahaan properti terbesar yang terdaftar di Indonesia berdasarkan aset, pendapatan dan laba bersih, dengan model bisnis yang unik yang sangat terfokus dan terpadu, kelompok rumah sakit swasta terkemuka dan satu-satunya standar dunia mencapai kelas, dan tak terbantahkan pemimpin industri properti ritel .
Lippo Karawaci sekarang menjadi perusahaan properti terbesar yang terdaftar di Indonesia berdasarkan aset, pendapatan dan laba bersih, dengan model bisnis yang unik yang sangat terfokus dan terpadu, kelompok rumah sakit swasta terkemuka dan satu-satunya standar dunia mencapai kelas, dan tak terbantahkan pemimpin industri properti ritel .
Visi dan Misi
Visi
Menjadi perusahaan properti terkemuka di
Indonesia dan regional dengan tekad untuk mengubah kehidupan masyarakat luas menjadi
lebih baik di semua lini bisnis dan senantiasa menciptakan nilai tambah bagi
para pemegang saham
Misi
Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas
menengah dan atas di bidang perumahan, pusat perbelanjaan, dan komersial,
layanan kesehatan, hiburan, infrastuktur dan jasa perhotelan
Memelihara kelangsungan pertumbuhan usaha
melalui pengembangan sumber pendapatan berkesinambungan (Recurring Revenues)
dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan
Menyediakan lingkungan hidup berkualitas yang
meningkatkan pengalaman sosial dan spiritual bagi para pelanggan, serta
menyediakan suasana ramah lingkungan terbaik pada setiap proyek
pengembangannya.
Kinerja keuangan perusahaan antara lain dapat dilihat dari
beberapa aspek keuangan, yakni aspek likuiditas, aspek leverage, aspek efisiensi,
dan aspek profitabilitas dan aspek nilai pasar. Dengan membandingkan
aspek-aspek keuangan tersebut dalam rentang waktu beberapa tahun akan terlihat
perkembangan kinerja perusahaan dan kemampuan manajemen dalam mengelola
resiko-resiko yang ada.
Aspek likuiditas melihat kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar. Aspek likuiditas
LPKR adalah sebagai berikut :
Current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. selalu
berada di atas angka 1 sejak tahun 2005 dan bahkan sempat menyentuh anga 6 pada
tahun 2011 dan 2015. Artinya bahwa aset lancar yang dimiliki PT. Lippo Karawaci,
Tbk. melebihi nilai kewajiban jangka pendeknya. PT Lippo Karawaci, Tbk.
memiliki kemampuan yang cukup dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan
aset lancarnya. Selain
itu dapat dilihat bahwa nilai current
ratio PT. Lippo Karawaci,
Tbk. juga semakin meningkat dari tahun 2005-2011, walau sempat mengaami
penurunan pada tahun 2012 namun setelah itu terus meningkat hingga tahun 2015 current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. Mencapai
6.913. Hal ini
menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen yang baik dalam menurunkan resiko
gagal bayar sekaligus menjaga kredibilitas perusahaan.
Quick Ratio PT Lippo Karawaci, Tbk. nilainya kurang dari 1 dari tahun 2005
sampai 2010
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka
pendeknya tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Kemudian quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbk.
Nilainya lebih dari 1 dari tahun 2011 sampai 2015, hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbkk.
juga bagus karena sejak tahun 2005 sampai 2015 terus mengalami peningkatan dan
bahkan tembus angka 1 pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 mencapaii angka
2.7.
Cash Ratio yang nilainya < 1 menunjukkan
bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya hanya
dengan kas perusahaan. Namun cash
ratio perusahaan nyari tembus 1 yakni 0.9 pada tahun 2011 dan 2012 yang
artinya hampir mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendek hanya dengan
kas perusahaan. Kemudian pada tahun 2015 cash
ratio PT Lippo Karawaci, Tbk mencapai angka 1.587 yang artinya perusahaan
mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan kas.
Aspek efisiensi merupakan pendekatan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan penggunaan asetnya. Aspek efisiensi
LPKR adalah sebagai berikut :
Inventory
turnover PT Lippo Karawaci, Tbk. dari tahun 2005 sampai 2015 berkisar 0.23
sampai 0.38.
Perputaran persediaan LPPKR
cukup lama, yakni antara 965 hari hingga 1607 hari (2.5-4 tahun). Namun hal ini
cukup wajar, mengingat PT. LIPPO KARAWACI, TBK. merupakan perusahaan properti,
di mana sebagian besar persediaan yang dimiliki berupa tanah dalam pengembangan.
Tanah dalam pengembangan tentu membutuhkan waktu yang cukup panjang hingga
tanah tersebut selesai dikembangkan dan laku terjual sehingga bisa dibukukan
dalam pendapatan.
Account
receiveable turnover perusahaan berkisar antara 3.13 sampai 12.25. Selanjutnya dilihat dari average collection period dapat dilihat bahwa perusahaan cukup
baik dalam menagih piutang-piutangnya. Rentang waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk menagih piutang adalah 49 – 117 hari (1.5 – 4 bulan). Total asset turnover menunjukkan rasio pendapatan perusahaan
dibanding nilai asetnya. Total
asset turnover perusahaan
berkisar antara 0.19
sampai 0.32. Fixed
asset turnover menunjukkan rasio pendapatan
perusahaan dibanding nilai aset tetapnya.Total asset turnover perusahaan berkisar antara 0.76 sampai1.49.
Aspek leverage menunjukkan skema permodalan
perusahaan. Permodalan perusahaan dibagi menjadi 2: ekuitas dan hutang. Setiap
perusahaan memiliki skema permodalan yang berbeda-beda, karena perbedaan cost of equity dan cost of debt masing-masing perusahaan. Aspek leverage
LPKR adalah sebagai berikut :
PT. LIPPO KARAWACI, TBK. termasuk perusahaan konservatif
yang menjaga debt ratio di kisaran 0.48 sampai 0.59 dari total aset. Selanjutnya jika dilihat dari debt to equity ratio (DER),
terlihat bahwa hutang perusahaan sering melebihi ekuitas perusahaan dengan
rasio hingga 1.758x pada tahun 2006. Namun hal ini masih wajar mengingat nilai
DER 1-2x masih bisa diterima oleh pemegang saham. Pada tahun-tahun selanjutnya,
manajemen terlihat menurunkan DER hingga mendekati nilai 1 hingga pada tahun
2015 mencapai angka 1.18.
Times Interest Earned Ratio menunjukkan kemampuan laba operasi
perusahaan bila digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Rasio perusahaan dalam
hal ini cukup bagus antara
8-49x. Dengan kata lain, laba operasi perusahaan jauh lebih besar dari bunga
pinjaman yang harus dibayar.
Aspek profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan biasa akan mempengaruhi pergerakan
harga sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja positif, laba meningkat,
diharapkan harga sahamnya juga ikut naik. Aspek Profitabiltas LPKR adalah
sebagai berikut :
Gross profit margin perusahaan berkisar antara 45-52%,
sedangkan operating profit
margin perusahaan
berkisar antara 18-32%, dan net
profit margin perusahaan
berkisar antara 14-26%. Dari data tersebut terlihat margin perusahaan cukup
besar, dengan kata lain perusahaan tidak terjebak dalam persaingan harga dengan
kompetitor, sehingga bisa menjual propertinya dengan harga yang cukup bagus.
Selanjutnya dari data ROA, dan ROE terlihat bahwa nilai ROA,
dan ROE perusahaan di tahun 2012 sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya
namun belum mampu melebihi nilai ROA, ataupun ROE tahun 2005. Hal ini bisa disebabkan karena
nilai aset/investasi yang dimiliki perusahaan saat ini jauh lebih besar
daripada tahun 2005. Semakin besar aset perusahaan, tentu akan semakin sulit
memperoleh tingkat pengembalian hasil yang lebih tinggi. Kemudian di tahun tahun beriikutnya
setelah tahun 2012, ROA dan ROE bisa dikatakan stabil.
Aspek nilai pasar adalah aspek mengenai sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba, nilai buku
per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Aspek nilai pasar LPKR adalah sebagai berikut :
Nilai earning
per share perusahaan tidak
dapat dijadikan suatu landasan dalam mengambil keputusan karena perusahaan
sempat melakukan stock split maupun right issue, sehingga nilai EPS nya tidak
dapat diperbandingkan. Dari sisi pembagian dividen, perusahaan sempat tidak
melakukan pembagian dividen selama 2 tahun (2008-2009). Hal ini tentunya
menjadikan poin negatif bagi investor jangka panjang. Namun mulai 2010, perusahaan
kembali membagikan dividen.
Dari hasil analisis aspek-aspek keuangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa PT. Lippo Karawaci, Tbk. merupakan perusahaan yang memiliki
kinerja bagus dan memiliki manajemen yang berkomitmen dalam menjaga resiko
hutang agar tidak terlalu tinggi. Kinerja
keuangan yang bagus dari PT. Lippo Karawaci, Tbk. ternyata direspon pasar
dengan hasil kenaikan harga saham, walau sempat harga saham anjlok pada tahun 20008 dan
2009 karena perusahaan tidak membagikan dividen namun karena kinerja perusahaan
bagus dan kemudian pada tahun 2010 mulai membagikan dividen lagi, terjadi
kenaikan harga saham
selama kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 dan bahkan pada tahun 2013 sempat
mencapai titik harga tertinggi saham. Sehingga dapat dilihat bahwa ketika kondisi keuangan
bagus namun perusahaan tidak membagikan dividen maka minat investor akan
berkurang untuk berinvestasi diperusahaan tersebut namun jika kondisi keuangan
perusahaan bagus dan perusahaan membagikan dividen maka minat investor akan
meningkat untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.
ANALISIS PERGERAKAN SAHAM PT LIPPO KARAWACI, TBK.
Tahun 2006: Dilihat dari harga penutupan,
saham perusahaan dalam kondisi yang cukup baik pada kuartal satu dan dua, namun
dari segi return, tidak begitu baik karena berkisar di 0-1%. Pada kuartal
ketiga, harga saham jatuh tajam, dan begitu pula returnnya. Setelah itu,
returnnya lebih stabil, dan harga penutupan perlahan-lahan meningkat kembali.
Kondisi: cukup baik (stabil, sempat drop namun stabil-naik lagi)
Kondisi: cukup baik (stabil, sempat drop namun stabil-naik lagi)
2007: Harga penutupan rata-rata mengalami
peningkatan (dari harga penutupan akhir 2006) sepanjang tahun sebelum pada
akhir tahun mengalami drop bersama dengan return. Return sepanjang tahun
stabil.
Kondisi: baik (karena naik-stabil sepanjang tahun, walaupun drop pada akhir tahun).
Kondisi: baik (karena naik-stabil sepanjang tahun, walaupun drop pada akhir tahun).
2008: Harga penutupan naik turun, dan return naik
turun juga namun lebih tajam/fluktuatif. Volume transaksi rata-rata fluktuatif
sebelum sempat mengalami pelonjakan sebentar menjelang akhir tahun. Dari
grafik, dapat dikatakan kalau harga penutupan mempengaruhi volume transaksi
(contoh: saat harga turun lumayan jauh pada kuartal empat, volume transaksi
juga turun, namun saat harga penutupan mengalami peningkatan pesat, volume
transaksi juga melonjak).
2009: harga penutupan mengalami penurunan
sepanjang tahun, dan return sangat fluktuatif. Volume transaksi yang tinggi
dapat dikarenakan karena harganya yang terus menurun (di mana investor ingin
segera melepaskan saham atau ingin membeli saham selagi murah).
Kondisi: ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemerosotan dalam kondisi keuangannya pada tahun ini.
Kondisi: ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemerosotan dalam kondisi keuangannya pada tahun ini.
2010: harga penutupan fluktuatif, mengalami
titik terendah pada pertengahan tahun, dan perlahan-lahan mengalami peningkatan
kembali. Return sangat fluktuatif. Volume transaksi mengalami titik yang tinggi
pada pertengahan tahun (sekitar saat turunnya harga penutupan hingga titik
terendah), dan menjelang akhir tahun (saat harga penutupan saham sedang
mengalami peningkatan).
Ada kemungkinan kondisi perusahaan sudah membaik menjelang pertengahan-akhir tahun.
Ada kemungkinan kondisi perusahaan sudah membaik menjelang pertengahan-akhir tahun.
2011: Harga penutupan dan return fluktuatif sepanjang
tahun, dan berpuncak pada kuartal ketiga. Volume transaksi mengalami penurunan
saat harga penutupan saham mendekati stabil menjelang kuartal keempat. Volume
yang tinggi dapat dikaitkan dengan harga saham yang tidak menentu, dan saat
harganya mendekati stabil, volume transaksinya menurun. Ada kemungkinan
perusahaan mengalami masalah keuangan kembali pada tahun ini, namun tidak
separah tahun 2009 yang mana terus menurun. Masalah tersebut tampaknya berhasil
ditanggulangi dan kondisi keuangan perusahaan membaik menjelang akhir tahun.
2012: Harga penutupan rata-rata naik sepanjang
tahun, dan return juga cukup baik (di mana perbedaan titik tertinggi dan
terendah sekitar 10%). Volume transaksi berpuncak pada awal kuartal kedua, di
mana sudah mulai tampak bahwa kemungkinan harga saham akan terus naik. Ada
kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemajuan yang cukup besar dalam hal
kondisi keuangannya.
2013: Pada pertengahan tahun, perusahaan
tampaknya kembali mengalami kemunduran dalam kondisi keuangannya yang mana
tercermin dengan harga penutupan yang rata-rata menurun dari pertengahan hingga
akhir tahun. Pada saat harga mulai turun, volume mengalami pelonjakan. Ada
kemungkinan banyak saham yang dijual kembali perusahaan pada saat itu. Return
fluktuatif.
2014: Return membaik dari tahun 2013, dan
harga penutupan rata-rata berada di antara 870-1.250. Ada kemungkinan kondisi
keuangan perusahaan sedang mengalami “turbulensi”.
2015: Kondisi harga penutupan cukup serupa
dengan tahun sebelumnya namun lebih baik (karena harganya rata-rata di atas
dari harga tahun sebelumnya), namun volume transaksi mengalami penurunan
menjelang kuartal dua hingga akhir tahun. Return sedikit lebih fluktuatif.
2016: Harga penutupan cukup stabil (tidak
mengalami naik-turun signifikan), walaupun di bawah rata-rata tahun 2015.
Return fluktuatif, dan mengalami drop pada kuartal ketiga. Puncak volume
transaksi berada di kuartal pertama, di mana harga saham cukup stabil, dan
cukup tinggi pada saat harga saham sedang sedikit melorot (sebelum meningkat
kembali). Ada kemungkinan hal-hal ini dikarenakan oleh karena kondisi keuangan
perusahaan yang sedang cukup stabil.
PT LIPPO KARAWACI, TBK.
PT
Lippo Karawaci Tbk (yang pertama kali didirikan dengan nama PT Tunggal
Reksakencana) didirikan pada Oktober 1990 sebagai anak perusahaan Grup Lippo.
Pada bulan Januari 1993, Lippo Karawaci didirikan dengan visi untuk
mempengaruhi kehidupan melalui pembangunan kota mandiri yang berkelanjutan
dengan lingkungan hijau dan infrastruktur kelas fisik dan sosial. Pembangunan
pertamanya yaitu Lippo Village di Karawaci, Tangerang, yang terletak 30km
sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai mengembangkan
Lippo Cikarang, sebuah kota mandiri dengan kawasan industri ringan yang yang
terletak 40km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo Karawaci mengembangkan
kota mandiri Tanjung Bunga di Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 1997.
Melalui
penggabungan delapan perusahaan properti terkait pada tahun 2004, Lippo
Karawaci mengembangkan portofolio usahanya mencakup Properti (Lippo Village,
Lippo Cikarang, Tanjung Bunga, Royal Serpong Village, dan San Diego Hills
Memorial Park) , Pengembangan skala besar yang terintegrasi (City of Tomorrow,
Kemang Village, dan The St. Moritz Penthouses & Residences), Rumah Sakit
(Rumah Sakit Siloam, Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre, dan Semanggi
Specialist Clinic) , Pusat Perbelanjaan (Pejaten Village, Pluit Village, City
of Tomorrow Mall, PX Pavilion @The St. Moritz, WTC Matahari Serpong, Metropolis
Town Square, dan Malang Town Square), dan Hotel (Hotel Aryaduta).
Selama
lebih dari satu dekade, Perusahaan telah membuktikan dirinya sebagai pengembang
properti yang sangat terpercaya dengan nama merek yang paling dikenal dan
pemilik landbank terbesar diversifikasi dan proyek perintis di lokasi strategis
di seluruh Indonesia.
Lippo Karawaci sekarang menjadi perusahaan properti terbesar yang terdaftar di Indonesia berdasarkan aset, pendapatan dan laba bersih, dengan model bisnis yang unik yang sangat terfokus dan terpadu, kelompok rumah sakit swasta terkemuka dan satu-satunya standar dunia mencapai kelas, dan tak terbantahkan pemimpin industri properti ritel .
Lippo Karawaci sekarang menjadi perusahaan properti terbesar yang terdaftar di Indonesia berdasarkan aset, pendapatan dan laba bersih, dengan model bisnis yang unik yang sangat terfokus dan terpadu, kelompok rumah sakit swasta terkemuka dan satu-satunya standar dunia mencapai kelas, dan tak terbantahkan pemimpin industri properti ritel .
Visi dan Misi
Visi
Menjadi perusahaan properti terkemuka di
Indonesia dan regional dengan tekad untuk mengubah kehidupan masyarakat luas menjadi
lebih baik di semua lini bisnis dan senantiasa menciptakan nilai tambah bagi
para pemegang saham
Misi
Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas
menengah dan atas di bidang perumahan, pusat perbelanjaan, dan komersial,
layanan kesehatan, hiburan, infrastuktur dan jasa perhotelan
Memelihara kelangsungan pertumbuhan usaha
melalui pengembangan sumber pendapatan berkesinambungan (Recurring Revenues)
dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan
Menyediakan lingkungan hidup berkualitas yang
meningkatkan pengalaman sosial dan spiritual bagi para pelanggan, serta
menyediakan suasana ramah lingkungan terbaik pada setiap proyek
pengembangannya.
Kinerja keuangan perusahaan antara lain dapat dilihat dari
beberapa aspek keuangan, yakni aspek likuiditas, aspek leverage, aspek efisiensi,
dan aspek profitabilitas dan aspek nilai pasar. Dengan membandingkan
aspek-aspek keuangan tersebut dalam rentang waktu beberapa tahun akan terlihat
perkembangan kinerja perusahaan dan kemampuan manajemen dalam mengelola
resiko-resiko yang ada.
Aspek likuiditas melihat kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar. Aspek likuiditas
LPKR adalah sebagai berikut :
Current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. selalu
berada di atas angka 1 sejak tahun 2005 dan bahkan sempat menyentuh anga 6 pada
tahun 2011 dan 2015. Artinya bahwa aset lancar yang dimiliki PT. Lippo Karawaci,
Tbk. melebihi nilai kewajiban jangka pendeknya. PT Lippo Karawaci, Tbk.
memiliki kemampuan yang cukup dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan
aset lancarnya. Selain
itu dapat dilihat bahwa nilai current
ratio PT. Lippo Karawaci,
Tbk. juga semakin meningkat dari tahun 2005-2011, walau sempat mengaami
penurunan pada tahun 2012 namun setelah itu terus meningkat hingga tahun 2015 current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. Mencapai
6.913. Hal ini
menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen yang baik dalam menurunkan resiko
gagal bayar sekaligus menjaga kredibilitas perusahaan.
Quick Ratio PT Lippo Karawaci, Tbk. nilainya kurang dari 1 dari tahun 2005
sampai 2010
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka
pendeknya tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Kemudian quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbk.
Nilainya lebih dari 1 dari tahun 2011 sampai 2015, hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbkk.
juga bagus karena sejak tahun 2005 sampai 2015 terus mengalami peningkatan dan
bahkan tembus angka 1 pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 mencapaii angka
2.7.
Cash Ratio yang nilainya < 1 menunjukkan
bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya hanya
dengan kas perusahaan. Namun cash
ratio perusahaan nyari tembus 1 yakni 0.9 pada tahun 2011 dan 2012 yang
artinya hampir mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendek hanya dengan
kas perusahaan. Kemudian pada tahun 2015 cash
ratio PT Lippo Karawaci, Tbk mencapai angka 1.587 yang artinya perusahaan
mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan kas.
Aspek efisiensi merupakan pendekatan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan penggunaan asetnya. Aspek efisiensi
LPKR adalah sebagai berikut :
Inventory
turnover PT Lippo Karawaci, Tbk. dari tahun 2005 sampai 2015 berkisar 0.23
sampai 0.38.
Perputaran persediaan LPPKR
cukup lama, yakni antara 965 hari hingga 1607 hari (2.5-4 tahun). Namun hal ini
cukup wajar, mengingat PT. LIPPO KARAWACI, TBK. merupakan perusahaan properti,
di mana sebagian besar persediaan yang dimiliki berupa tanah dalam pengembangan.
Tanah dalam pengembangan tentu membutuhkan waktu yang cukup panjang hingga
tanah tersebut selesai dikembangkan dan laku terjual sehingga bisa dibukukan
dalam pendapatan.
Account
receiveable turnover perusahaan berkisar antara 3.13 sampai 12.25. Selanjutnya dilihat dari average collection period dapat dilihat bahwa perusahaan cukup
baik dalam menagih piutang-piutangnya. Rentang waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk menagih piutang adalah 49 – 117 hari (1.5 – 4 bulan). Total asset turnover menunjukkan rasio pendapatan perusahaan
dibanding nilai asetnya. Total
asset turnover perusahaan
berkisar antara 0.19
sampai 0.32. Fixed
asset turnover menunjukkan rasio pendapatan
perusahaan dibanding nilai aset tetapnya.Total asset turnover perusahaan berkisar antara 0.76 sampai1.49.
Aspek leverage menunjukkan skema permodalan
perusahaan. Permodalan perusahaan dibagi menjadi 2: ekuitas dan hutang. Setiap
perusahaan memiliki skema permodalan yang berbeda-beda, karena perbedaan cost of equity dan cost of debt masing-masing perusahaan. Aspek leverage
LPKR adalah sebagai berikut :
PT. LIPPO KARAWACI, TBK. termasuk perusahaan konservatif
yang menjaga debt ratio di kisaran 0.48 sampai 0.59 dari total aset. Selanjutnya jika dilihat dari debt to equity ratio (DER),
terlihat bahwa hutang perusahaan sering melebihi ekuitas perusahaan dengan
rasio hingga 1.758x pada tahun 2006. Namun hal ini masih wajar mengingat nilai
DER 1-2x masih bisa diterima oleh pemegang saham. Pada tahun-tahun selanjutnya,
manajemen terlihat menurunkan DER hingga mendekati nilai 1 hingga pada tahun
2015 mencapai angka 1.18.
Times Interest Earned Ratio menunjukkan kemampuan laba operasi
perusahaan bila digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Rasio perusahaan dalam
hal ini cukup bagus antara
8-49x. Dengan kata lain, laba operasi perusahaan jauh lebih besar dari bunga
pinjaman yang harus dibayar.
Aspek profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan biasa akan mempengaruhi pergerakan
harga sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja positif, laba meningkat,
diharapkan harga sahamnya juga ikut naik. Aspek Profitabiltas LPKR adalah
sebagai berikut :
Gross profit margin perusahaan berkisar antara 45-52%,
sedangkan operating profit
margin perusahaan
berkisar antara 18-32%, dan net
profit margin perusahaan
berkisar antara 14-26%. Dari data tersebut terlihat margin perusahaan cukup
besar, dengan kata lain perusahaan tidak terjebak dalam persaingan harga dengan
kompetitor, sehingga bisa menjual propertinya dengan harga yang cukup bagus.
Selanjutnya dari data ROA, dan ROE terlihat bahwa nilai ROA,
dan ROE perusahaan di tahun 2012 sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya
namun belum mampu melebihi nilai ROA, ataupun ROE tahun 2005. Hal ini bisa disebabkan karena
nilai aset/investasi yang dimiliki perusahaan saat ini jauh lebih besar
daripada tahun 2005. Semakin besar aset perusahaan, tentu akan semakin sulit
memperoleh tingkat pengembalian hasil yang lebih tinggi. Kemudian di tahun tahun beriikutnya
setelah tahun 2012, ROA dan ROE bisa dikatakan stabil.
Aspek nilai pasar adalah aspek mengenai sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba, nilai buku
per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Aspek nilai pasar LPKR adalah sebagai berikut :
Nilai earning
per share perusahaan tidak
dapat dijadikan suatu landasan dalam mengambil keputusan karena perusahaan
sempat melakukan stock split maupun right issue, sehingga nilai EPS nya tidak
dapat diperbandingkan. Dari sisi pembagian dividen, perusahaan sempat tidak
melakukan pembagian dividen selama 2 tahun (2008-2009). Hal ini tentunya
menjadikan poin negatif bagi investor jangka panjang. Namun mulai 2010, perusahaan
kembali membagikan dividen.
Dari hasil analisis aspek-aspek keuangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa PT. Lippo Karawaci, Tbk. merupakan perusahaan yang memiliki
kinerja bagus dan memiliki manajemen yang berkomitmen dalam menjaga resiko
hutang agar tidak terlalu tinggi. Kinerja
keuangan yang bagus dari PT. Lippo Karawaci, Tbk. ternyata direspon pasar
dengan hasil kenaikan harga saham, walau sempat harga saham anjlok pada tahun 20008 dan
2009 karena perusahaan tidak membagikan dividen namun karena kinerja perusahaan
bagus dan kemudian pada tahun 2010 mulai membagikan dividen lagi, terjadi
kenaikan harga saham
selama kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 dan bahkan pada tahun 2013 sempat
mencapai titik harga tertinggi saham. Sehingga dapat dilihat bahwa ketika kondisi keuangan
bagus namun perusahaan tidak membagikan dividen maka minat investor akan
berkurang untuk berinvestasi diperusahaan tersebut namun jika kondisi keuangan
perusahaan bagus dan perusahaan membagikan dividen maka minat investor akan
meningkat untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.
ANALISIS PERGERAKAN SAHAM PT LIPPO KARAWACI, TBK.
Tahun 2006: Dilihat dari harga penutupan,
saham perusahaan dalam kondisi yang cukup baik pada kuartal satu dan dua, namun
dari segi return, tidak begitu baik karena berkisar di 0-1%. Pada kuartal
ketiga, harga saham jatuh tajam, dan begitu pula returnnya. Setelah itu,
returnnya lebih stabil, dan harga penutupan perlahan-lahan meningkat kembali.
Kondisi: cukup baik (stabil, sempat drop namun stabil-naik lagi)
Kondisi: cukup baik (stabil, sempat drop namun stabil-naik lagi)
2007: Harga penutupan rata-rata mengalami
peningkatan (dari harga penutupan akhir 2006) sepanjang tahun sebelum pada
akhir tahun mengalami drop bersama dengan return. Return sepanjang tahun
stabil.
Kondisi: baik (karena naik-stabil sepanjang tahun, walaupun drop pada akhir tahun).
Kondisi: baik (karena naik-stabil sepanjang tahun, walaupun drop pada akhir tahun).
2008: Harga penutupan naik turun, dan return naik
turun juga namun lebih tajam/fluktuatif. Volume transaksi rata-rata fluktuatif
sebelum sempat mengalami pelonjakan sebentar menjelang akhir tahun. Dari
grafik, dapat dikatakan kalau harga penutupan mempengaruhi volume transaksi
(contoh: saat harga turun lumayan jauh pada kuartal empat, volume transaksi
juga turun, namun saat harga penutupan mengalami peningkatan pesat, volume
transaksi juga melonjak).
2009: harga penutupan mengalami penurunan
sepanjang tahun, dan return sangat fluktuatif. Volume transaksi yang tinggi
dapat dikarenakan karena harganya yang terus menurun (di mana investor ingin
segera melepaskan saham atau ingin membeli saham selagi murah).
Kondisi: ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemerosotan dalam kondisi keuangannya pada tahun ini.
Kondisi: ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemerosotan dalam kondisi keuangannya pada tahun ini.
2010: harga penutupan fluktuatif, mengalami
titik terendah pada pertengahan tahun, dan perlahan-lahan mengalami peningkatan
kembali. Return sangat fluktuatif. Volume transaksi mengalami titik yang tinggi
pada pertengahan tahun (sekitar saat turunnya harga penutupan hingga titik
terendah), dan menjelang akhir tahun (saat harga penutupan saham sedang
mengalami peningkatan).
Ada kemungkinan kondisi perusahaan sudah membaik menjelang pertengahan-akhir tahun.
Ada kemungkinan kondisi perusahaan sudah membaik menjelang pertengahan-akhir tahun.
2011: Harga penutupan dan return fluktuatif sepanjang
tahun, dan berpuncak pada kuartal ketiga. Volume transaksi mengalami penurunan
saat harga penutupan saham mendekati stabil menjelang kuartal keempat. Volume
yang tinggi dapat dikaitkan dengan harga saham yang tidak menentu, dan saat
harganya mendekati stabil, volume transaksinya menurun. Ada kemungkinan
perusahaan mengalami masalah keuangan kembali pada tahun ini, namun tidak
separah tahun 2009 yang mana terus menurun. Masalah tersebut tampaknya berhasil
ditanggulangi dan kondisi keuangan perusahaan membaik menjelang akhir tahun.
2012: Harga penutupan rata-rata naik sepanjang
tahun, dan return juga cukup baik (di mana perbedaan titik tertinggi dan
terendah sekitar 10%). Volume transaksi berpuncak pada awal kuartal kedua, di
mana sudah mulai tampak bahwa kemungkinan harga saham akan terus naik. Ada
kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemajuan yang cukup besar dalam hal
kondisi keuangannya.
2013: Pada pertengahan tahun, perusahaan
tampaknya kembali mengalami kemunduran dalam kondisi keuangannya yang mana
tercermin dengan harga penutupan yang rata-rata menurun dari pertengahan hingga
akhir tahun. Pada saat harga mulai turun, volume mengalami pelonjakan. Ada
kemungkinan banyak saham yang dijual kembali perusahaan pada saat itu. Return
fluktuatif.
2014: Return membaik dari tahun 2013, dan
harga penutupan rata-rata berada di antara 870-1.250. Ada kemungkinan kondisi
keuangan perusahaan sedang mengalami “turbulensi”.
2015: Kondisi harga penutupan cukup serupa
dengan tahun sebelumnya namun lebih baik (karena harganya rata-rata di atas
dari harga tahun sebelumnya), namun volume transaksi mengalami penurunan
menjelang kuartal dua hingga akhir tahun. Return sedikit lebih fluktuatif.
2016: Harga penutupan cukup stabil (tidak
mengalami naik-turun signifikan), walaupun di bawah rata-rata tahun 2015.
Return fluktuatif, dan mengalami drop pada kuartal ketiga. Puncak volume
transaksi berada di kuartal pertama, di mana harga saham cukup stabil, dan
cukup tinggi pada saat harga saham sedang sedikit melorot (sebelum meningkat
kembali). Ada kemungkinan hal-hal ini dikarenakan oleh karena kondisi keuangan
perusahaan yang sedang cukup stabil.